Profil Aura Cinta, Remaja yang Viral Usai Berdebat dengan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi soal Larangan Wisuda
![]() |
Ilustrasi gambar https://id.mashable.com/ |
Nama Aura
Cinta mendadak ramai diperbincangkan di media sosial setelah videonya berdebat
dengan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tersebar luas.
Perdebatan
tersebut terjadi dalam forum yang membahas penggusuran permukiman di Cikarang,
Bekasi, Minggu, 27 April 2025.
Dalam
forum itu, Aura, yang baru saja kehilangan tempat tinggal akibat penggusuran,
mengkritik kebijakan pemerintah daerah yang melarang pelaksanaan wisuda
sekolah.
Lantas,
siapa sebenarnya sosok Aura Cinta? Berikut profil lengkapnya yang dirangkum
pada Senin, 28 April 2025.
Profil
Aura Cinta
Aura
Cinta diketahui merupakan lulusan SMA Negeri 1 Cikarang Utara. Ia bersama
keluarganya menjadi salah satu korban penggusuran di kawasan Cikarang, Bekasi,
Jawa Barat.
Dari
informasi yang beredar, latar belakang keluarga Aura terbilang sederhana. Sang
ibu adalah ibu rumah tangga, sementara ayahnya berprofesi sebagai pedagang.
Sejak
rumah mereka digusur, Aura mengaku keluarganya masih sangat membutuhkan
dukungan, termasuk bantuan finansial.
Dalam
pertemuan tersebut, Aura dengan lantang menolak larangan wisuda yang diterapkan
oleh Dedi Mulyadi.
Menurutnya,
acara perpisahan sekolah bukan semata soal biaya atau kemewahan, melainkan
tentang penghargaan atas perjuangan para siswa selama bertahun-tahun belajar
bersama.
"Ini
bukan soal biaya atau kemewahan, ini soal penghargaan terhadap apa yang telah
kami capai bersama sebagai simbol kebersamaan yang tak bisa diulang,"
tegas Aura dalam perdebatan tersebut.
Menanggapi
kritik tersebut, Dedi Mulyadi tetap mempertahankan kebijakan larangan wisuda.
Ia
berpendapat bahwa kenangan sekolah tidak bergantung pada satu acara seremonial,
tetapi dibangun dari perjalanan panjang proses pendidikan.
"Kenangan
itu bukan pada saat perpisahan. Kenangan indah itu saat belajar tiga
tahun," tegas Gubernur Jawa Barat itu.
Dedi juga
menawarkan solusi alternatif: para siswa tetap bisa mengadakan acara perpisahan
secara mandiri, tanpa melibatkan pihak sekolah, sehingga tidak membebani guru
maupun kepala sekolah.
"Kumpul-kumpul
aja sama teman. Tapi jangan bawa-bawa sekolah," sarannya.
Lebih
lanjut, Dedi Mulyadi mengingatkan pentingnya fokus pada masalah-masalah yang
lebih mendesak.
Ia
menilai kritik harus diarahkan kepada kebijakan yang berdampak langsung pada
kesejahteraan rakyat, bukan hanya soal seremoni.
"Banyak
rakyat miskin, nggak punya rumah lagi, rumahnya di bantaran kali, tapi
sekolahnya gaya-gayaan ada wisuda," sindir Dedi.
Perdebatan
antara Aura Cinta dan Gubernur Dedi Mulyadi ini membuka ruang diskusi baru di
tengah masyarakat, tentang makna wisuda, prioritas kebijakan publik, serta
suara generasi muda dalam menyuarakan aspirasinya.
Comments
Post a Comment